Blog

  • Kerajaan Spanyol

    Kerajaan Spanyol

    Spanyol atau Kerajaan Spanyol adalah negara di Eropa barat daya yang bersama Portugal, terdapat di Semenanjung Iberia. Batas geografis Spanyol di Eropa adalah Pegunungan Pirenia dengan Prancis dan Andorra. Teritorinya yaitu kota Ceuta dan Melilla di Afrika Utara, Kepulauan Canarias di Samudra Atlantik, dan berbagai pulau di Laut Tengah.

    Wilayah Spanyol juga termasuk Kepulauan Baleares di Laut Tengah, Kepulauan Canarias di Samudra Atlantik lepas pantai Afrika, dan dua kota otonomi di Afrika Utara, yaitu Ceuta dan Melilla, yang berbatasan dengan Maroko, ditambah Alboran, Kepulauan Chafarinas, Alhucemas, Vélez de la Gomera dan pulau kecil lainnya termasuk Perejil. Selain itu, kota Llívia adalah eksklave Spanyol terletak di dalam wilayah Prancis. Dengan luas 505.992 kilometer persegi (195.365 mil persegi), Spanyol adalah negara terbesar kedua di Eropa Barat dan Uni Eropa dan negara terbesar kelima di Eropa.

    Manusia modern pertama kali tiba di Semenanjung Iberia sekitar 35.000 tahun yang lalu. Ini berada di bawah kekuasaan Romawi sekitar 200 SM, setelah wilayah itu bernama Hispania. Pada Abad Pertengahan wilayah itu ditaklukkan oleh suku-suku Jermanik dan kemudian oleh bangsa Moor yang beragama Islam ke selatan. Spanyol muncul sebagai negara bersatu pada abad ke-15, menyusul pernikahan Monarki Katolik dan penyelesaian penaklukan semenanjung selama berabad-abad, atau Reconquista, dari Moor pada 1492. Spanyol menjadi imperium global berpengaruh pada periode modern awal, menjadi salah satu negara pertama yang menjajah Dunia Baru dan meninggalkan warisan lebih dari 500 juta penutur bahasa Spanyol di zaman sekarang, merupakan bahasa utama kedua yang paling banyak dituturkan di dunia.

    Spanyol adalah negara demokrasi yang diselenggarakan dalam bentuk pemerintahan parlementer di bawah monarki konstitusional. Ia adalah negara maju dengan ekonomi terbesar ketiga belas di dunia dengan PDB nominal. Spanyol juga memiliki standar hidup yang tinggi dengan kualitas kehidupan kesepuluh tertinggi peringkat indeks di dunia pada 2005. Ini adalah anggota PBB, NATO, OECD, dan WTO.

    Etimologi

    Asal usul nama Romawi dari Hispania, dari mana nama modern España berasal, tidak pasti dan mungkin tidak diketahui karena bukti tidak memadai. Hispania mungkin berasal dari penggunaan puitis istilah Hesperia, mencerminkan persepsi Yunani dari Italia sebagai “tanah Barat” atau “tanah matahari terbenam” (Hesperia, Ἑσπερία dalam bahasa Yunani) dan Spanyol, yang masih lebih jauh ke barat, seperti Hesperia ultima .

    Ini juga mungkin derivasi dari Punisia I-Shpania (אי שפניא), yang berarti “pulau kelinci”, “tanah kelinci” atau “ujung”, sebuah referensi untuk lokasi Spanyol pada akhir Mediterania, koin Romawi melanda di wilayah dari pemerintahan Hadrian menunjukkan sosok perempuan dengan kelinci di kakinya.  Ada juga mengklaim bahwa Hispania berasal dari Basque kata Ezpanna berarti “ujung” atau “perbatasan”, referensi lain untuk fakta bahwa semenanjung Iberia merupakan barat daya dari benua Eropa.

    Sarjana Renaisans Antonio de Nebrija mengusulkan bahwa kata Hispania berevolusi dari kata Hispalis Iberia, yang berarti “kota dunia barat”. Jesús Luis Cunchillos berpendapat bahwa akar rentang jangka adalah mata-mata kata Phoenecian, yang berarti “untuk menempa logam”. Oleh karena itu i-spn-ya berarti “tanah di mana logam yang dipalsukan”

     

    Sejarah

    Spanyol merupakan salah satu negara bekas jajahan kekaisaran Romawi pada 218 SM – 400 Masehi dalam misi mereka untuk memperluas wilayah kekuasaan.

    Dengan periode penjajahan selama itu, tentu saja banyak sekali hal yang “diromawikan” oleh mereka, seperti budaya dan bangunan. Contohnya adalah pemakaian nama-nama Romawi, penggantian hukum adat setempat dengan hukum Romawi, atau pembangunan Aqueduct (saluran air) romawi di kota Segovia, yang diestimasikan dibangun pada akhir abad ke 1 oleh kekaisaran Romawi. Pada tahun 1985, saluran air ini dijadikan sebagai salah satu warisan dunia oleh UNESCO.

    Pada sekitar 4 abad, setelah berakhirnya kekuasaan kekaisaran Romawi di Hispania, datanglah orang-orang Muslim Penjajah pada abad ke 8 (sekitar tahun 711 Masehi) dengan tujuan ekspansi teritori kerajaan dan penyebaran agama Islam, disaat kepemimpinan Kekhalifahan Umayyah, dimana wilayah kekuasaannya membentang dari daerah Timur Tengah, bagian Utara benua Afrika, hingga semenanjung Iberia dengan total area 15 juta km² atau menguasai sekitar 30% populasi dunia pada saat itu. kekuasaan Muslim berlangsung sekitar 7 abad (711-1492) jelas sekali memberi banyak pengaruh seperti yang diberikan dari kekaisaran Romawi sebelumnya. Seperti Mezquita-Catedral (masjid-katedral) di kota Córdoba, La Alhambra di kota Granada, dan Reales Alcázares di kota Sevilla. Semenjak itu dimulailah akulturasi budaya Islam di Spanyol.

    Tahun 1217 adalah awal mula perlawanan terhadap Penjajah secara besar-besaran yang digagas Kerajaan Kristen Kastilia kepada Penjajah Bani Umayyah. Perlawanan mereka dipermudah dengan pecahnya kerajaan Islam pada waktu itu. Pertempuran lebih dari 200 tahun melawan Andalusia membuat dua kerajaan paling berpengaruh Spanyol saat itu, Kerajaan Kastilia dan Kerajaan Aragón bersatu pada tahun 1469, ditandai dengan menikahnya Isabel I dari Kastilia dan Fernando II dari Aragón. Dan pada tahun 1492 berakhirlah Penjajahan oleh kerajaan Islam Bani Umayyah di Spanyol.

    Masa unifikasi tersebut juga merupakan masa modernisasi negara Spanyol dari semua aspek kehidupan, sehingga pada abad ke 17 mereka menjadi negara super power dan menjadi salah satu kerajaan di dunia dengan wilayah kekuasaan terbesar ke-4 sepanjang masa dengan total area 19,4 juta km² atau sekitar 13% daratan Bumi.

    Geografi

    Wilayah Spanyol dibatasi oleh Portugal di barat, serta Gibraltar dan Maroko di selatan. Spanyol berbatasan dengan Prancis dan Andorra di timur laut melalui Pegunungan Pirenia. Batas lautnya adalah Samudra Atlantik di barat dan Teluk Biscay di utara serta Laut Tengah di timur, di mana Spanyol memiliki wilayah Kepulauan Balearik. Di selatan, terdapat Selat Gibraltar. Kota-kota di Spanyol dengan jumlah penduduk terbanyak ialah Madrid, Barcelona, Valencia, Sevilla, dan Málaga.

    Lansekap Spanyol didominasi oleh dataran tinggi dan pegunungan, seperti Pirenia dan Sierra Nevada. Dari tempat-tempat tersebut, mengalirlah berbagai sungai.

    Iklim Spanyol terbagi menjadi empat bagian:

    • Mediterania
    • Daerah dalam
    • Pesisir utara
    • Canary

     

    Politik

    Pembagian administratif

    Spanyol dibagi menjadi 50 provinsi, dikelompokkan dalam 17 wilayah otonomi dan 2 kota otonom yang mempunyai otonomi yang luas.

    Wilayah otonomi

    Spanyol terdiri dari 17 wilayah otonomi (comunidades autónomas) dan dua kota otonom (ciudades autónomas; Ceuta dan Melilla).

    • Andalusia (atau Andalucía)
    • Aragon
    • Asturias
    • Kepulauan Baleares
    • País Vasco (atau Euskadi)
    • Kepulauan Canary (Islas Canarias)
    • Cantabria
    • Castile-La Mancha (Castilla-La Mancha)
    • Castile dan Leon
    • Katalonia
    • Extremadura
    • Galicia
    • La Rioja
    • Madrid
    • Murcia
    • Navarre
    • Valencia

    Provinsi

    Kerajaan Spanyol juga dibagi kepada 50 provinsi (provincias). Wilayah otonomi mengelompokkan beberapa provinsi (Extremadura, contohnya, terdiri dari dua provinsi: Cáceres dan Badajoz). Wilayah otonomi Asturias, Kepulauan Baleares, Cantabria, La Rioja, Navarre, Murcia, dan Madrid masing-masing terdiri dari satu provinsi. Secara tradisional, provinsi-provinsi tersebut dibagi lagi kepada wilayah bersejarah (comarcas).

    Wilayah kedaulatan

    Terdapat lima enklave (plazas de soberanía) di lepas pesisir Afrika: kota Ceuta dan Melilla diperintah sebagai kota-kota otonom, sebuah status yang berada di antara kota dan wilayah otonomi; kepulauan Islas Chafarinas, Peñón de Alhucemas, dan Peñón de Vélez de la Gomera berada di bawah pemerintahan langsung Spanyol.

    Ceuta dan Melilla, meskipun bukan merupakan wilayah bersejarah secara resmi, juga mempunyai status istimewa.

     

    Ekonomi

    Sekilas

    Ekonomi kapitalis Spanyol berada pada posisi ke-14 terbesar di dunia dan ke-5 terbesar di Uni Eropa.

    Pemerintahan terpusat dari mantan perdana menteri José María Aznar sukses dalam membuat negara ini meluncurkan mata uang bersama euro tahun 1999. Pengangguran berada pada angka 7,6% bulan Oktober 2006, tingkat yang rendah apabila dibandingkan dengan negara-negara tetangganya. Titik kelemahannya adalah inflasi tinggi, ekonomi bawah tanah besar, dan sistem pendidikan yang paling buruk di antara negara-negara maju, menurut laporan OECD.

    Sejak tahun 1990-an, beberapa perusahaan asal Spanyol memperoleh status multinasional. Mereka mengembangkan ke pasar Amerika Latin yang dekat secara kultur. Spanyol merupakan investor asing terbesar kedua di kawasan itu setelah Amerika Serikat. Di Asia, perusahaan-perusahaan Spanyol mencari pasar di Tiongkok dan India.  Perusahaan-perusahaan ini kompetitif untuk bersaing dengan perusahaan lain di Eropa. Selain itu, juga disebabkan karena meningkatnya ketertarikan terhadap budaya dan bahasa Spanyol.

    Perusahaan Spanyol berinvestasi di banyak bidang, seperti komersialisasi energi terbaharui (Iberdrola adalah operator energi terbarui terbesar sedunia), perusahaan teknologi seperti Telefónica, Abengoa, Mondragon Corporation, Movistar, Hisdesat, Indra, produsen kereta api seperti CAF, Talgo, perusahaan tekstil seperti Inditex, perusahaan minyak seperti Repsol, serta firma konstruksi transportasi seperti Ferrovial, Acciona, ACS, OHL dan FCC


    Pariwisata

    Pada tahun 2017, Spanyol adalah negara paling banyak dikunjungi kedua di dunia, tercatat 82 juta wisatawan yang ditandai lima tahun bertutut-turut pada pemecahan rekor nomor.

    Lokasi geografis Spanyol, garis pantai yang terkenal, bentang daratan yang beragam, warisan sejarah, budaya yang dinamis, dan infrastruktur yang sangat baik telah menjadikan industri pariwisata internasional di antara yang terbesar di dunia. Dalam lima dekade terakhir, pariwisata internasional di Spanyol telah tumbuh menjadi yang terbesar kedua di dunia dalam hal pembelanjaan, bernilai sekitar 40 miliar Euro atau sekitar 5% dari PDB pada tahun 2006.

    Castile dan Leon adalah wilayah otonomi pengendali Spanyol dalam pariwisata pedesaan yang terkait dengan warisan lingkungan dan arsitekturnya.

    Energi

    Spanyol juga merupakan salah satu negara terdepan dalam pengembangan dan produksi energi terbaharui. Tahun 2010 Spanyol merupakan yang terdepan dalam tenaga cahaya matahari mengalahkan AS dengan pembangkit listrik La Florida, dekat Alvarado, Badajoz. Spanyol juga produsen tenaga angin utama di Eropa. Tahun 2010, produksi listrik dari angin menghasilkan 42.976 GWh, menyumbang 16.4% energi listrik Spanyol.Energi terbarui lain yang digunakan di Spanyol adalah pembangkit listrik tenaga air, biomassa, dan laut (2 pembangkit dalam pembangunan).

    Energi non-terbarukan yang digunakan di Spanyol adalah nuklir (8 reaktor), gas, batu bara, dan minyak. Energi dari bahan bakar fosil menyumbang 58% energi listrik Spanyol tahun 2009. Nuklir menyumbang 19%, sedangkan air 12%

     

    Kerajaan Visigoth: Sejarah, Kejayaan, Raja-raja, dan Keruntuhan

    Kerajaan Visigoth atau Kerajaan Gothic adalah kerajaan yang menguasai wilayah barat daya Perancis hingga Spanyol antara abad ke-5 hingga abad ke-8. Selama berdiri, ibu kota kerajaan ini pernah dipindahkan ke beberapa lokasi di Perancis dan Spanyol, mulai dari di Toulouse (418–507), Barcelona (507–542), dan Toledo (542–711). Setelah mengalami kejayaan pada abad ke-7, Kerajaan Visigoth runtuh ketika wilayah Semenanjung Iberia dikuasai oleh Islam pada awal abad ke-8.

    Berdirinya Kerajaan Visigoth Visigoth adalah suku Eropa yang berasal dari sekitar Lembah Danube, yang kemudian berakulturasi budayanya dengan Romawi. Sebelum mendirikan kerajaan, orang-orang Visigoth diberi wilayah di Aquitaine, sebagai perwakilan dari Kekaisaran Romawi di Perancis.

    Orang-orang Visigoth juga bertugas mengamankan wilayah Romawi dari orang-orang Vandal dari Polandia Selatan, Alans dari Kaukasus utara, dan Suebi dari sekitar Ceko dan Jerman sekarang. Ketika Kekaisaran Romawi runtuh pada 418, orang Visigoth kemudian mengambil alih wilayah tersebut dengan mendirikan kerajaan sendiri di bawah Raja Walia. Saat itu, kekuasaan Kerajaan Visigoth masih berada di Perancis, dan berdekatan dengan orang Vandal dari Polandia selatan yang menguasai Spanyol.

    Ketika orang Vandal meninggalkan Spanyol pada 429, orang Visigoth bergerak menguasai Spanyol. Setelah hampir satu abad menguasai wilayah Spanyol dan Perancis, Kerajaan Visigoth terlibat konflik dengan suku Franka. Kekalahan dari suku Franka pada awal abad ke-6, membuat Kerajaan Visigoth memindahkan ibukotanya ke wilayah Spanyol.


    Kejayaan Kerajaan Visigoth

    Kerajaan Visigoth mengalami masa kejayaan pada abad ke-7. Pada periode ini, bidang teologi mengalami kemajuan, dibuktikan dengan adanya penulis bernama St. Isidore (600-636). Pada era ini, pemerintah Visigoth juga berkontribusi bagi peradaban dengan melahirkan sebuah karya ensiklopedia terkait kebijakan dunia kuno, dan pembangunan sarana penunjang pertanian seperti irigasi.

    Bidang ilmu pengetahuan juga mengalami kemajuan, yang ditandai dengan munculnya Eugenius I, seorang ahli matematika dan astronomi dari Toledo. Perkembangan ilmu pengetahuan didukung oleh Raja Sisebut (612-621), yang membuat ilmu kedokteran, hukum, dan filsafat juga mengalami masa keemasannya. Raja-raja Kerajaan Visigoth Wallia (415–418) Theodoric I (418–451) Euric (466–484) Alaric II (484–507) Theodoric the Great (511–526) Liuvigild (568–586) Reccared (586–601) Sisebut (612–621) Swintila (621–631) Recceswinth (649–672) Wamba (672-689) Wittiza (694–710) Roderic (710–711) Ardo (714 – 721)

  • Kerajaan Inggris

    Kerajaan Inggris

    Kerajaan Inggris (bahasa Latin: Regnum Angelorum, terj. har. ’Kerajaan Inggris’ atau ‘Kerajaan bangsa Anglia’) adalah sebuah negara berdaulat di pulau Britania Raya sejak 12 Juli 927, ketika kerajaan itu muncul dari berbagai kerajaan Anglia-Sachsen , sampai 1 Mei 1707, ketika bersatu dengan Skotlandia untuk membentuk Kerajaan Inggris Raya. Kerajaan Inggris adalah salah satu negara paling kuat di Eropa selama periode abad pertengahan

    Pada tanggal 12 Juli 927, berbagai kerajaan Anglia-Sachsen disatukan oleh Æthelstan (memerintah 927–939) untuk membentuk Kerajaan Inggris.[Pada 1016, kerajaan menjadi bagian dari Kekaisaran Laut Utara Cnut Agung, persatuan pribadi antara Inggris, Denmark dan Norwegia. Penaklukan Norman atas Inggris pada tahun 1066 menyebabkan pemindahan ibu kota Inggris dan kediaman utama kerajaan dari Anglia-Sachsen di Winchester ke Westminster, dan Kota London dengan cepat memantapkan dirinya sebagai pusat komersial terbesar dan utama di Inggris.

    Sejarah kerajaan Inggris dari penaklukan Norman tahun 1066 secara konvensional membedakan periode yang dinamai menurut dinasti penguasa berturut-turut: Norman 1066–1154, Plantagenet 1154–1485, Tudor 1485–1603 dan Stuart 1603–1707 (disela oleh Interregnum 1649–1660) . Secara dinasti, semua raja Inggris setelah 1066 akhirnya mengklaim keturunan dari Normandia; perbedaan Plantagenets hanyalah konvensional, dimulai dengan Henry II (memerintah 1154-1189) karena sejak saat itu, Raja Angevin menjadi “lebih bersifat Inggris”; rumah Lancaster dan York keduanya adalah cabang kadet Plantagenet, dinasti Tudor mengklaim keturunan dari Edward III melalui John Beaufort dan James VI dan I dari Wangsa Stuart mengklaim keturunan dari Henry VII melalui Margaret Tudor.

    Setelah penaklukan Inggris, Normandia secara bertahap berusaha untuk memperluas penaklukan mereka baik ke sisa Kepulauan Inggris dan tanah tambahan di Benua Eropa, khususnya di Prancis modern. Seiring waktu, ini akan berkembang menjadi kebijakan ekspansionisme yang sudah berlangsung lama, yang dilakukan secara intermiten dengan tingkat agresi yang terus meningkat oleh dinasti “Inggris” yang sekarang bergaya berturut-turut. Dimulai pada abad ke-12, Normandia mulai membuat serangan serius ke Irlandia. Penyelesaian penaklukan Wales oleh Edward I pada tahun 1284 menempatkan Wales di bawah kendali mahkota Inggris, meskipun upaya Edward untuk sepenuhnya menaklukkan Irlandia menemui keberhasilan yang sangat terbatas sementara keberhasilan awal penaklukannya atas Skotlandia dibatalkan oleh kekalahan militer Inggris di bawah anaknya, Edward II. Edward III (memerintah 1327–1377) mengubah Kerajaan Inggris menjadi salah satu kekuatan militer paling tangguh di Eropa; pemerintahannya juga melihat perkembangan penting dalam undang-undang dan pemerintahan—khususnya evolusi parlemen Inggris. Dari tahun 1340-an raja-raja Inggris juga mengklaim mahkota Prancis, tetapi setelah Perang Seratus Tahun Inggris kehilangan semua tanah merdeka di benua itu, kecuali Calais. Pecahnya Perang Mawar berikutnya pada tahun 1455 akan memastikan Inggris tidak pernah lagi dalam posisi untuk secara serius mengejar klaim Prancis mereka.

    Setelah gejolak Perang Mawar, dinasti Tudor memerintah selama Renaisans Inggris dan sekali lagi memperluas kekuasaan monarki Inggris di luar Inggris, khususnya mencapai penyatuan penuh Inggris dan Kerajaan Wales pada tahun 1542. Tudor juga mengamankan kendali Inggris Irlandia, meskipun akan terus diperintah sebagai kerajaan terpisah dalam persatuan pribadi dengan Inggris selama berabad-abad. Henry VIII memicu Reformasi Inggris dengan memutuskan persekutuan antara Gereja Inggris dan Gereja Katolik Roma, meskipun aspek doktrinal dari Reformasi yang menetapkan Gereja Inggris sebagai Protestan yang dapat dikenali tidak akan dikejar dengan sungguh-sungguh sampai masa pemerintahan singkat putranya yang masih muda. Edward VI. Setelah kembali ke Katolik di bawah pemerintahan yang sama singkatnya dengan putri sulung Henry, Mary I, saudara tiri Mary Elizabeth I (memerintah 1558–1603) mendirikan kembali Protestan di bawah persyaratan Penyelesaian Agama Elizabeth, sementara itu menetapkan Inggris sebagai kekuatan besar dan meletakkan dasar-dasar Kerajaan Britania Raya dengan mengklaim kepemilikan di Dunia Baru. Sementara Henry juga mengejar kebijakan luar negeri yang agresif di utara perbatasan dalam upaya untuk menaklukkan Skotlandia, Elizabeth mengambil posisi yang jauh lebih mendamaikan terutama dalam perkembangan seperti Reformasi Skotlandia sendiri dan kepastian akhirnya bahwa raja Skotlandia akan menggantikan Elizabeth.

    Dari aksesi James VI dan I pada tahun 1603, dinasti Stuart memerintah Inggris dan Irlandia dalam persatuan pribadi dengan Skotlandia. Di bawah Stuart, kerajaan tersebut terlibat dalam perang saudara, yang berpuncak pada eksekusi Charles I pada tahun 1649. Monarki kembali pada tahun 1660, tetapi Perang Saudara telah menetapkan presiden bahwa seorang raja Inggris tidak dapat memerintah tanpa persetujuan Parlemen. Konsep ini menjadi resmi ditetapkan sebagai bagian dari Revolusi Glorious 1688. Sejak saat itu kerajaan Inggris, serta negara-negara penerusnya, Kerajaan Britania Raya dan Britania Raya, telah berfungsi sebagai monarki konstitusional. Pada tanggal 1 Mei 1707, di bawah ketentuan Kisah Persatuan 1707, kerajaan Inggris dan Skotlandia bersatu untuk membentuk Kerajaan Britania Raya yang disebutkan di atas.

    Nama

    Anglia-Sachsen menyebut diri mereka sebagai Engle atau Angelcynn, awalnya nama-nama Angles. Mereka menyebut tanah mereka sebagai Engla land, yang berarti “tanah orang Inggris” oleh Æthelweard Latinized Anglia, dari Anglia vetus asli, yang diklaim sebagai tanah air Angles (disebut Angulus oleh Bede).Nama Engla land menjadi England dengan haplologi selama periode Inggris Tengah (Engle-land, Engelond). Nama latinnya adalah Anglia atau Anglorum terra, bahasa Prancis Kuno dan Anglo-Norman satu Engleterre. Pada abad ke-14, England juga digunakan untuk merujuk ke seluruh pulau Britania Raya.

    Gelar standar untuk raja dari Æthelstan sampai John adalah Rex Anglorum (“Raja Inggris”). Canute the Great, seorang Denmark, adalah orang pertama yang menyebut dirinya “Raja Inggris”. Pada periode NormanRex Anglorum tetap standar, dengan penggunaan sesekali Rex Anglie (“Raja Inggris”). Dari masa pemerintahan John dan seterusnya semua gelar lainnya dijauhi demi Rex atau Regina Anglie. Pada tahun 1604 James I, yang mewarisi takhta Inggris tahun sebelumnya, mengambil gelar (sekarang biasanya diterjemahkan dalam bahasa Inggris daripada Latin) Raja Britania Raya. Parlemen Inggris dan Skotlandia, bagaimanapun, tidak mengakui gelar ini sampai Act of Union tahun 1707

    Sejarah

    Inggris Anglia-Sachsen

    Kerajaan Inggris muncul dari penyatuan bertahap kerajaan Anglia-Sachsen awal abad pertengahan yang dikenal sebagai Heptarki: Anglia Timur, Mercia, Northumbria, Kent, Essex, Sussex, dan Wessex. Invasi Viking pada abad ke-9 mengganggu keseimbangan kekuasaan antara kerajaan Inggris, dan kehidupan asli Anglia-Sachsen pada umumnya. Tanah Inggris disatukan pada abad ke-10 dalam penaklukan kembali yang diselesaikan oleh Raja athelstan pada tahun 927.

    Selama Heptarki, raja yang paling kuat di antara kerajaan Anglia-Sachsen mungkin akan diakui sebagai Bretwalda, raja tinggi di atas raja-raja lainnya. Kemunduran Mercia memungkinkan Wessex menjadi lebih kuat, menyerap kerajaan Kent dan Sussex pada tahun 825. Raja-raja Wessex semakin mendominasi kerajaan-kerajaan Inggris lainnya selama abad ke-9. Pada tahun 827, Northumbria tunduk kepada Egbert dari Wessex di Dore, secara singkat menjadikan Egbert sebagai raja pertama yang memerintah atas Inggris yang bersatu.

    Pada tahun 886, Alfred yang Agung merebut kembali London, yang tampaknya dianggap sebagai titik balik dalam pemerintahannya. Anglo-Saxon Chronicle mengatakan bahwa “semua orang Inggris (semua Angelcyn) tidak tunduk pada Denmark menyerahkan diri kepada Raja Alfred.” Asser menambahkan bahwa “Alfred, raja Anglia-Sachsen, memulihkan kota London dengan sangat baik … dan membuatnya layak huni sekali lagi.” “Pemulihan” Alfred memerlukan pendudukan kembali dan perbaikan kota bertembok Romawi yang hampir sepi, membangun dermaga di sepanjang Sungai Thames, dan meletakkan rencana jalan kota baru. Mungkin pada titik inilah Alfred mengambil gaya kerajaan baru ‘Raja Anglia-Sachsen’.

    Selama tahun-tahun berikutnya Northumbria berulang kali berpindah tangan antara raja-raja Inggris dan penjajah Norwegia, tetapi secara definitif dibawa di bawah kendali Inggris oleh Eadred pada tahun 954, menyelesaikan penyatuan Inggris. Sekitar waktu ini, Lothian, yang berbatasan dengan bagian utara Northumbria (Bernicia), diserahkan kepada Kerajaan Skotlandia. Pada 12 Juli 927 para raja Inggris berkumpul di Eamont di Cumbria untuk mengakui thelstan sebagai raja Inggris. Ini dapat dianggap sebagai ‘tanggal pendirian’ Inggris, meskipun proses penyatuan telah memakan waktu hampir 100 tahun.

    Inggris tetap dalam kesatuan politik sejak saat itu. Selama masa pemerintahan elræd the Unready (978–1016), gelombang baru invasi Denmark diatur oleh Sweyn I dari Denmark, yang memuncak setelah seperempat abad peperangan dalam penaklukan Inggris oleh Denmark pada tahun 1013. Namun Sweyn meninggal pada 2 Februari 1014, dan elræd dikembalikan ke takhta. Pada 1015, putra Sweyn, Cnut the Great (umumnya dikenal sebagai Canute) meluncurkan invasi baru. Perang berikutnya berakhir dengan kesepakatan pada 1016 antara Canute dan penerus elræd, Edmund Ironside, untuk membagi Inggris di antara mereka, tetapi kematian Edmund pada 30 November tahun itu membuat Inggris bersatu di bawah kekuasaan Denmark. Ini berlanjut selama 26 tahun sampai kematian Harthacnut pada bulan Juni 1042. Dia adalah putra Canute dan Emma dari Normandia (janda elræd the Unready) dan tidak memiliki ahli warisnya sendiri; ia digantikan oleh saudara tirinya, putra elræd, Edward the Confessor. Kerajaan Inggris sekali lagi merdeka.

    Penaklukan Norman

    Perdamaian berlangsung sampai kematian Edward tanpa anak pada Januari 1066. Kakak iparnya dimahkotai Raja Harold, tetapi sepupunya William Sang Penakluk, Adipati Normandia, segera mengklaim takhta untuk dirinya sendiri. William melancarkan invasi ke Inggris dan mendarat di Sussex pada 28 September 1066. Harold dan pasukannya berada di York menyusul kemenangan mereka melawan Norwegia di Pertempuran Stamford Bridge (25 September 1066) ketika berita itu sampai kepadanya. Dia memutuskan untuk berangkat tanpa penundaan dan menghadapi tentara Norman di Sussex sehingga berbaris ke selatan sekaligus, meskipun tentara tidak beristirahat dengan baik setelah pertempuran dengan Norwegia. Tentara Harold dan William saling berhadapan di Pertempuran Hastings (14 Oktober 1066), di mana tentara Inggris, atau Fyrd, dikalahkan, Harold dan dua saudaranya dibunuh, dan William muncul sebagai pemenang. William kemudian mampu menaklukkan Inggris dengan sedikit perlawanan lebih lanjut. Dia tidak, bagaimanapun, berencana untuk menyerap Kerajaan ke Kadipaten Normandia. Sebagai adipati belaka, William berutang kesetiaan kepada Philip I dari Perancis, sedangkan di Kerajaan Inggris yang merdeka ia dapat memerintah tanpa campur tangan. Ia dimahkotai pada 25 Desember 1066 di Westminster Abbey, London.

    Abad Pertengahan Tinggi

    Pada tahun 1092, William II memimpin invasi ke Strathclyde, sebuah kerajaan Celtic di tempat yang sekarang barat daya Skotlandia dan Cumbria. Dengan melakukan itu, ia menganeksasi apa yang sekarang menjadi county Cumbria ke Inggris. Pada tahun 1124, Henry I menyerahkan apa yang sekarang disebut Skotlandia tenggara (disebut Lothian) kepada Kerajaan Skotlandia, sebagai imbalan atas kesetiaan Raja Skotlandia. Penyerahan terakhir ini menetapkan apa yang akan menjadi perbatasan tradisional Inggris yang sebagian besar tetap tidak berubah sejak saat itu (kecuali untuk perubahan sesekali dan sementara). Area tanah ini sebelumnya adalah bagian dari Kerajaan Anglian Northumbria. Lothian berisi apa yang kemudian menjadi ibu kota Skotlandia, Edinburgh. Pengaturan ini kemudian diselesaikan pada tahun 1237 oleh Perjanjian York.

    Kadipaten Aquitaine bergabung secara pribadi dengan Kerajaan Inggris setelah aksesi Henry II, yang menikahi Eleanor, Adipati Wanita Aquitaine. Kerajaan Inggris dan Kadipaten Normandia tetap dalam persatuan pribadi sampai John Lackland, putra Henry II dan keturunan generasi kelima William I, kehilangan kepemilikan kontinental Kadipaten kepada Philip II dari Perancis pada tahun 1204. Beberapa sisa-sisa Normandia, termasuk Kepulauan Channel, tetap dalam kepemilikan John, bersama dengan sebagian besar Kadipaten Aquitaine.

    Silsilah Keluarga Kerajaan Inggris dari Abad 5 hingga Ratu Elizabeth II

    1. Keluarga Kerajaan Inggris Era Anglo-Saxon (Abad ke-5 – 1066)

    Pada abad ke-5 dan ke-6, setelah penarikan pasukan Romawi dari Britania, beberapa kerajaan kecil mulai muncul di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Inggris. Kerajaan-kerajaan ini termasuk Wessex, Mercia, Northumbria, dan East Anglia.

    Kerajaan Wessex, di bawah kepemimpinan Raja Alfred yang Agung, menjadi pusat kekuatan dan memainkan peran penting dalam menyatukan wilayah-wilayah ini menjadi satu entitas yang lebih besar.

    Raja Alfred yang Agung (849-899) merupakan salah satu raja Anglo-Saxon yang paling terkenal. Ia dikenal karena upayanya melawan invasi Viking dan keberhasilannya dalam menyatukan banyak kerajaan kecil di Inggris. Alfred juga mempromosikan pendidikan dan hukum, serta menerjemahkan banyak karya penting ke dalam bahasa Inggris Kuno.

    2. Era Penaklukan Norman (1066 – 1154)

    Tahun 1066 adalah tahun yang sangat penting dalam sejarah Inggris, karena William, Duke of Normandy, menaklukkan Inggris dan menjadi raja pertama dari dinasti Norman. William the Conqueror (1028-1087) memperkenalkan sistem feodal ke Inggris dan membuat banyak perubahan besar dalam pemerintahan dan struktur sosial.

    Dinasti Norman memerintah Inggris dari 1066 hingga 1154. Raja-raja terkenal dari dinasti ini termasuk William the Conqueror, William II, dan Henry I. Dinasti ini dikenal karena pembangunan kastil-kastil besar seperti Menara London dan memperkuat kekuasaan kerajaan atas para bangsawan.

    3. Dinasti Plantagenet (1154 – 1485)

    Berikut adalah daftar raja yang memimpin selama Dinasti Plantagenet:

    • Henry II dan Reformasi Hukum

    Dinasti Plantagenet dimulai dengan Henry II (1133-1189), yang naik tahta pada tahun 1154. Henry II dikenal karena reformasi hukumnya yang signifikan, yang menjadi dasar sistem hukum Inggris modern. Ia juga memperluas wilayah kekuasaannya melalui pernikahan dan penaklukan, menciptakan Kekaisaran Angevin yang luas.

    • Richard the Lionheart dan Perang Salib

    Richard I yang dikenal sebagai Richard the Lionheart (1157-1199) adalah putra Henry II yang terkenal karena keberaniannya dalam Perang Salib Ketiga. Meskipun ia jarang berada di Inggris selama pemerintahannya, Richard tetap menjadi salah satu raja yang paling dikenal dalam sejarah Inggris.

    • John dan Magna Carta

    Saudara Richard, John (1166-1216), naik tahta setelah kematian Richard. Pemerintahannya penuh dengan konflik dan ketidakpuasan, yang memuncak pada penandatanganan Magna Carta pada tahun 1215. Dokumen ini menjadi dasar bagi perkembangan hak-hak individu dan pembatasan kekuasaan kerajaan.

    • Perang Seratus Tahun

    Dinasti Plantagenet juga dikenal karena keterlibatannya dalam Perang Seratus Tahun (1337-1453) melawan Prancis. Perang ini berdampak besar pada kedua negara dan mengarah pada perubahan besar dalam taktik militer dan pemerintahan.

    4. Dinasti Tudor (1485 – 1603)

    Berikut adalah daftar raja yang memimpin selama Dinasti Tudor:

    • Henry VII dan Penyatuan Tahta

    Dinasti Tudor dimulai dengan Henry VII (1457-1509), yang naik tahta setelah kemenangan dalam Perang Mawar. Henry VII berhasil menyatukan tahta Inggris dan mengakhiri perang saudara yang panjang antara rumah Lancaster dan York.

    • Henry VIII dan Reformasi Inggris

    Henry VIII (1491-1547) adalah salah satu raja Tudor yang paling terkenal. Pemerintahannya dikenal karena reformasi agama yang memisahkan Gereja Inggris dari Gereja Katolik Roma. Henry juga terkenal karena enam kali menikah, yang menghasilkan banyak perubahan dalam struktur keluarga kerajaan.

    • Elizabeth I dan Zaman Keemasan

    Elizabeth I (1533-1603), putri Henry VIII, membawa Inggris ke Zaman Keemasan. Pemerintahannya dikenal karena stabilitas politik, kemajuan budaya, dan ekspansi kolonial. Elizabeth I juga berhasil mengalahkan Armada Spanyol pada tahun 1588, memperkuat posisi Inggris sebagai kekuatan maritim.

    5. Dinasti Stuart (1603 – 1714)

    Berikut adalah daftar raja yang memimpin selama Dinasti Stuart:

    • James I dan Penyatuan Mahkota

    Dinasti Stuart dimulai dengan James I (1566-1625), yang menjadi raja Inggris setelah kematian Elizabeth I tanpa pewaris. James I adalah anak dari Mary, Queen of Scots, dan merupakan raja pertama yang memerintah Inggris, Skotlandia, dan Irlandia secara bersamaan.

    • Charles I dan Perang Saudara Inggris

    Charles I (1600-1649), putra James I, menghadapi konflik besar dengan Parlemen yang berujung pada Perang Saudara Inggris. Perang ini berakhir dengan eksekusi Charles I pada tahun 1649 dan pendirian Republik Inggris di bawah Oliver Cromwell.

    Setelah kematian Cromwell, monarki dipulihkan pada tahun 1660 dengan naiknya Charles II (1630-1685) ke tahta. Masa pemerintahan Charles II dikenal sebagai Masa Pemulihan, di mana kehidupan sosial dan budaya Inggris mengalami kebangkitan.

    • James II dan Revolusi Agung

    James II (1633-1701), adik Charles II, menghadapi pemberontakan karena kebijakannya yang pro-Katolik. Revolusi Agung tahun 1688 mengakibatkan penggulingan James II dan naiknya William III dan Mary II ke tahta, yang menandai awal dari monarki konstitusional.

    6. Dinasti Hanover (1714 – 1901)

    Berikut adalah daftar raja yang memimpin selama Dinasti Hanover:

    • George I dan Pengaruh Jerman

    Dinasti Hanover dimulai dengan George I (1660-1727), yang naik tahta setelah kematian Anne dari dinasti Stuart tanpa pewaris yang sah. George I berasal dari Jerman dan membawa pengaruh besar dari rumah Hanover ke Inggris.

    • George III dan Perang Kemerdekaan Amerika

    George III (1738-1820) adalah salah satu raja Hanover yang paling terkenal. Pemerintahannya ditandai oleh Perang Kemerdekaan Amerika, yang berujung pada hilangnya koloni-koloni Amerika dan pengurangan pengaruh Inggris di Amerika Utara.

    • Ratu Victoria dan Zaman Victoria

    Ratu Victoria (1819-1901) adalah raja Hanover terakhir dan raja terlama kedua dalam sejarah Inggris sebelum Ratu Elizabeth II. Pemerintahannya dikenal sebagai Zaman Victoria, periode di mana Inggris mengalami revolusi industri, ekspansi kolonial besar-besaran, dan perubahan sosial yang signifikan. 

    7. Dinasti Windsor (1917 – Sekarang)

    Berikut adalah daftar raja yang memimpin selama Dinasti WIndsor:

    • George V dan Perubahan Nama Dinasti

    Dinasti Windsor dimulai dengan George V (1865-1936), yang mengganti nama dinasti dari Saxe-Coburg and Gotha menjadi Windsor pada tahun 1917 di tengah sentimen anti-Jerman selama Perang Dunia I.

    • George VI dan Perang Dunia II

    George VI (1895-1952) naik tahta setelah abdikasi kakaknya, Edward VIII, pada tahun 1936. Pemerintahannya ditandai oleh Perang Dunia II, di mana ia dan keluarganya memainkan peran penting dalam mempertahankan semangat nasional.

    • Ratu Elizabeth II

    Ratu Elizabeth II (lahir 1926) naik tahta pada tahun 1952 setelah kematian ayahnya, George VI. Masa pemerintahannya adalah yang terpanjang dalam sejarah Inggris dan penuh dengan perubahan besar dalam masyarakat Inggris dan dunia. Elizabeth II dikenal karena dedikasinya dan perannya dalam menjaga stabilitas monarki Inggris.

    Silsilah Kerajaan Inggris di Bawah Ratu Elizabeth II dan Keturunannya

    Ratu Elizabeth II adalah raja terlama dalam sejarah Inggris, naik tahta pada 6 Februari 1952 dan berperan sebagai Kepala Negara Britania Raya dan negara-negara Persemakmuran. Selama masa pemerintahannya, ia telah menyaksikan perubahan besar dalam masyarakat Inggris dan dunia. Ia dikenal karena dedikasinya yang tinggi dan perannya dalam menjaga stabilitas monarki Inggris.

    Pangeran Philip, Duke of Edinburgh, adalah suami dari Ratu Elizabeth II hingga kematiannya pada 9 April 2021. Ia berperan dalam mendukung ratu dalam tugas-tugasnya dan terlibat dalam berbagai kegiatan amal dan proyek-proyek lingkungan.

    • Anak-anak Ratu Elizabeth II

    Berikut adalah dafar anak-anak dari Ratu Elizabeth II dan Pangeran Philip:

    1. Pangeran Charles, Pangeran Wales

    Pangeran Charles adalah anak tertua Ratu Elizabeth II dan pewaris tahta Inggris. Ia dikenal karena kepeduliannya terhadap lingkungan dan proyek-proyek kemanusiaan melalui The Prince’s Trust. Charles juga aktif dalam berbagai kegiatan amal dan memiliki peran penting dalam persiapan untuk menjadi raja di masa depan.

    2. Putri Anne, Putri Kerajaan

    Putri Anne, Putri Kerajaan, adalah anak kedua Ratu Elizabeth II. Ia dikenal karena dedikasinya yang tinggi dalam berbagai kegiatan amal dan organisasi sosial. Putri Anne terlibat dalam lebih dari 200 organisasi amal dan sering kali mewakili keluarga kerajaan dalam acara-acara resmi.

    3. Pangeran Andrew, Duke of York

    Pangeran Andrew adalah anak ketiga Ratu Elizabeth II. Sebelumnya, ia terlibat dalam berbagai kegiatan amal dan tugas-tugas kerajaan. Namun, setelah terlibat dalam kontroversi hukum dan skandal publik, banyak dari perannya ditangguhkan dan ia mengurangi penampilannya di depan umum.

    4. Pangeran Edward, Earl of Wessex

    Pangeran Edward adalah anak bungsu Ratu Elizabeth II. Ia dan istrinya, Sophie, Countess of Wessex, terlibat dalam berbagai kegiatan amal dan proyek-proyek sosial. Pangeran Edward juga mengambil peran penting dalam mendukung kegiatan-kegiatan kerajaan.


    Silsilah Kerajaan Inggris di Bawah Raja Charles III dan Keturunannya

    Raja Charles III lahir pada 14 November 1948, sebagai putra tertua dari Ratu Elizabeth II dan Pangeran Philip, Duke of Edinburgh. Sebelum menjadi raja, ia dikenal sebagai Pangeran Charles, Pangeran Wales, dan aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan amal, termasuk pendirian The Prince’s Trust.

    Charles memiliki minat yang mendalam dalam masalah lingkungan dan arsitektur. Ia naik tahta pada 8 September 2022 setelah meninggalnya Ratu Elizabeth II. Istri pertamanya, Putri Diana, meninggal pada tahun 1997. Ia menikah lagi dengan Camilla Parker Bowles pada tahun 2005.

    • Anak-anak Raja Charles III

    Berikut adalah daftar anak-anak Raja Charles II:

    1. Pangeran William, Duke of Cambridge

    Pangeran William yang lahir pada 21 Juni 1982 adalah putra sulung Raja Charles III dan mendiang Putri Diana. Ia dikenal karena keterlibatannya dalam berbagai amal, terutama yang berhubungan dengan kesehatan mental dan konservasi alam.

    Sebagai pewaris takhta, William memainkan peran penting dalam mendukung ayahnya dan menghadiri berbagai acara resmi kerajaan.

    William menikah dengan Catherine Middleton, Duchess of Cambridge, pada tahun 2011, dan mereka memiliki tiga anak, yaitu Pangeran George, Putri Charlotte, dan Pangeran Louis. Ketiganya masih kecil dan belum memiliki peran resmi dalam keluarga kerajaan, tetapi mereka adalah bagian dari garis suksesi tahta Inggris.

    Pangeran George yang lahir pada 22 Juli 2013 merupakan cucu tertua dari Raja Charles III. George adalah generasi ketiga dalam garis keturunan langsung dari tahta Inggris. Meskipun masih muda, George sering muncul di acara-acara resmi kerajaan bersama keluarganya.

     2. Pangeran Harry, Duke of Sussex

    Pangeran Harry lahir pada 15 September 1984, sebagai anak kedua dari Raja Charles III dan mendiang Putri Diana. Harry dikenal karena pengabdiannya di militer dan keterlibatannya dalam berbagai kegiatan amal, terutama yang berkaitan dengan kesehatan mental dan kesejahteraan veteran.

    Ia menikah dengan Meghan Markle pada tahun 2018 dan memiliki dua anak, yaitu Archie Harrison Mountbatten-Windsor dan Lilibet Diana Mountbatten-Windsor.

    Pada tahun 2020, Harry dan Meghan memutuskan untuk mundur dari peran resmi mereka sebagai anggota senior keluarga kerajaan dan pindah ke Amerika Serikat. Sejak mundur dari tugas-tugas kerajaan, Meghan tetap aktif dalam kegiatan amal dan proyek-proyek sosial melalui Archerwell Foundation. Ia juga terlibat dalam isu-isu kesetaraan gender dan hak-hak wanita.